/Sejarah Paroki

Sejarah Paroki

Video Sejarah Paroki dapat di akses pada link berikut…!!!

 

 

SEJARAH PAROKI ST. ANTONIUS DARI PADUA , HAYAM WURUK MEDAN

Kedatangan Pastor Johanes de Vries, SJ ke tanah Deli Sumatra Timur pada tahun 1873 adalah untuk pelayanan tugas pastoral, khususnya untuk umat Katolik yang bekerja di perkebunan.

Berkat bantuan dan izin dari Direktur Perkebunan Deli di Sei Sikambing, dibangunlah satu unit kapel sederhana sebagai tempat ibadat.

Kemudian disusul kedatangan Pastor Ferdinandus (Yohannes Martinus van Loon), OFMCap pada tanggal 20 Agustus 1912 yang juga dipersiapkan melayani umat Katolik dan melanjutkan tugas Pastor Camillus di stasi Medan Deli dan di Perkebunan.

Selama melaksanakan karya pastoral di perkebunan Deli Maatschappij Sei Sikambing, Pastor Ferdinandus van Loon sangat memperhatikan Suku Tamil yang bekerja di perkebunan tersebut.

Untuk memudahkan komunikasi dengan mereka, tahun 1913 Pastor Ferdinandus van Loon dikirim ke Penang untuk belajar Bahasa Tamil dan Cina. Akan tetapi, beliau hanya belajar Bahasa Tamil saja dan kembali ke Medan pada akhir Juli 1913.

Kemudian sekitar Agustus 1913, Pastor Ferdinandus van Loon, memohon kepada propinsial, Pastor Stanislaus untuk membangun kapel dan sekolah bagi Suku Tamil di Medan yang diperkirakan ada sekitar 100 orang yang beragama Katolik.

Ternyata Pastor Ferdinandus van Loon bukan hanya ingin membangun kapel dan sekolah, melainkan juga membangun perkampungan Masyarakat Tamil ( Kampung Kristen ) dan akhirnya keinginan beliau terlaksana.

Pada tahun 1914, dibeli sebidang tanah di Petisah ( sekarang Jalan Bantam ) seharga F. 5000.

Di atas tanah tersebut, dibangun beberapa rumah yang sederhana. Pada tanggal 1 Maret 1915 dibuka sekolah untuk anak-anak Tamil.

Untuk pertama kali jumlah murid sebanyak 52 orang. Pada tahun yang sama, beliau juga membangun gereja untuk suku Tamil dan diberkati pada hari Minggu, 14 November 1915 yang terletak di Daendelstrat ( Jalan Hayam Wuruk ).

Sejalan dengan perkembangan umat, dirasa perlu untuk membangun pastoran di perkampungan Tamil. Maka pada tanggal 10 Juli 1916, didirikan bangunan untuk pastoran dan siap digunakan pada tanggal 20 Oktober 1916.

Pada tanggal 6 Mei 1919, Pastor Marcellinus yang sebelumnya berkarya di Sambong ( Bangka ) datang untuk menggantikan tugas Pastor Ferdinandus van Loon di gereja Jalan Hayam Wuruk, dan Pastor Ferdinandus van Loon dikirim ke Sambong ( Bangka ) menggantikan tugas Pator Marcellinus ( mutasi tempat ).

Lalu Oktober 1922, Pastor Ferdinandus van Loon kembali bertugas di gereja Jalan Hayam Wuruk Medan.Beberapa tenaga Pastor Kapusin dari Negeri Belanda datang ke Sumatera/Tanah Deli untuk membantu tugas pelayanan pastoral.

Sebelum mereka datang, Suster- suster Fransiskan telah membantu para pastor sekaligus mempersiapkan susteran di Daendelstrat – Petisah ( Jalan Hayam Wuruk ). Pada 28 Januari 1931, datang 6 orang suster St. Yosef dari Amorsfoorts-Belanda.

Kedatangan mereka selain untuk membantu pastor, juga dipersiapkan untuk mengajar anak-anak Tamil, membuka asrama untuk anak-anak Eropa dan rumah yatim piatu ( internat ).

Bangunan gereja yang sederhana di Jalan Hayam Wuruk tidak cukup menampung umat beribadat, jumlah umat semakin banyak, tidak hanya dari Suku Tamil saja, melainkan dari suku Tionghoa, Batak, Ambon, dll.

Untuk memenuhi tuntutan kemajuan dan perkembangan umat, maka pada tahun 1933 dibangunlah gereja yang lebih besar dan permanen. Lokasinya persis di depan gereja lama.

Bangunan gereja yang lebih besar ini mulai dipakai pada tahun 1935 dan beberapa kali renovasi. Dan yang terakhir direnovasi serta diperluas lagi pada tahun 2005. Jumlah umat 745 KK ( 2.584 jiwa ).

Paroki ini mempunyai 4 gereja stasi lain lagi, yakni: St. Yoseph Dr. Mansur, St. Fransiskus Xaverius Sunggal, Santa Perawan Maria Pintu Surga Sei Agul dan Kapel Karya Kasih; dengan jumlah umat total 1.466 KK (5.396 jiwa).

Di gereja paroki setiap Selasa diadakan Misa Novena untuk menghormati pelindung Santo Antonius Padua, dan biasanya dihadiri oleh orang muda dan orang tua, sementara setiap hari Sabtu sebelum Misa sore diadakan Novena untuk menghormati Bunda Maria, kebanyakan dihadiri oleh orang-orang muda, bahkan yang tidak Katolik.